Hadits Tentang Tergesa-Gesa, Penyakit Manusia
a. Makna “tergesa-gesa”
Tergesa-gesa dalam bahasa Arab adalah isti’jal,
‘ajalah, dan tasarru’. Yang keseluruhannya memiliki makna yang
sama. Dan lawan kata dari isti’jal adalah anaah dan tatsabbut.
Yang artinya adalah pelan-pelan, dan tidak terburu-buru.
Ibnul
Qayyim rahimahullah berkata dalam kitabnya Ar-Ruh bahwa tergesa-gesa
adalah keinginan untuk mendapatkan sesuatu sebelum tiba waktunya yang
disebabkan oleh besarnya keinginannya terhadap sesuatu tersebut, seperti halnya
orang yang memanen buah sebelum datang waktu panennya.
b. Bukti tentang tercelanya sifat tergesa-gesa
Syariat Islam mencela sifat ini dan melarang pemeluknya
untuk memiliki sifat tersebut, sebagaimana Islam juga mencela dan
memperingatkan kaum muslimin dari sifat malas dan berlambat-lambat dalam
sesuatu.
Berikut
ini, akan dijelaskan bagaimana Alquran, As-Sunnah, dan para ulama
mencela dan memperingatkan akan sifat ini.
c. Dalil Alquran
- Di dalam Alquran terdapat peringatan dari Allah Ta’ala kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar tidak terburu-buru dalam membaca Alquran. Yaitu yang terdapat dalam surat Al-Qiyamah ayat 16-19:
{ لَا تُحَرِّكْ بِهِ
لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ (17)
فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ (18) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ (19)
}
Artinya: “Janganlah kamu
gerakkan lidahmu untuk (membaca) Alquran karena hendak cepat-cepat
(menguasai)-nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas
tanggungan Kami-lah penjelasannya”.
Pada
waktu itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat bersemangat
untuk menghafal ayat yang diturunkan melalui malaikat Jibril ‘alaihissalam kepadanya,
sehingga beliau saling mendahului bacaannya Jibril ‘alaihissalam. Oleh
karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam untuk memperhatikan dan mendengarkan apa yang dibacakan
Jibril kepadanya. Karena Allah ‘Azza wa Jalla telah menjanjikan
kepadanya bahwa beliau akan dimudahkan dalam menghafal dan mengamalkannya. Dan
Allah ‘Azza wa Jalla berjanji memberikan penjelasan terhadap apa yang
dibacakan Jibril untuknya tersebut.
A. Mengadu
Domba ( Namimah )
a. Pengertian
Mengadu Domba
Namimah
adalah suatu perilaku mengadu domba atau menyebar fitnah antara seseorang
dengan orang lain dengan tujuan agar agar saling bermusuhan/tidak suka.
Definisi menurut Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarfin Nawawi dalam kitab Riyadul
Salihin adalah :
Namimah
adalah merekayasa omongan untuk menghancurkan manusia
Perilaku
namimah merupakan suatu dosa karena dapat menyebabkan suatu perpecahan atau
permusuhan kedua belah pihak, lebih lanjut lagi akan dapat menyebabkan kontak
fisik seperti berkelahi, tawuran dll yang tentunya dapat menyebabkan terjadinya
kematian yang tidak diinginkan. Untuk itu kita harus berusaha untuk menjauhi
perilaku namimah. Kemudian agar kita tidak di adu domba, maka kita harus
menjadi pribadi yang lebih hati-hati, tidak mudah percaya kepada perkataan
orang lain, harus diselidiki dan dibuktikan terlebih dahulu, dll.
Mengadukan ucapan seseorang kepada
orang lain dengan tujuan merusak adalah salah satu faktor yang menyebabkan
terputusnya ikatan dan yang menyulut api kebencian serta permusuhan antar
sesama manusia.Allah mencela pelaku perbuatan tersebut dalam firmanNya,
Artinya: “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi
hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah.” (Al-Qalam:
10-11).
Dalam sebuah
hadits marfu’ yang diriwayatkan Hudzaifah, disebutkan,
لاَ يَدْخُلُ
الْجَنَّةَ قَتَّاتٌ.
Artinya:
“Tidak akan masuk Surga al-qattat (tukang adu domba).”( Hadits riwayat Al-Bukhari, lihat
Fathul Bari, 10/472. Dalam An-Nihayah karya Ibnu Atsir, 4/11 disebutkan:”
…Al-Qattat adalah orang yang menguping (mencuri dengar pembicaraan), tanpa
sepengetahuan mereka, lalu ia membawa pembicaraan tersebut kepada yang lain
dengan tujuan mengadu domba.)
Ibnu Abbas
meriwayatkan,
مَرَّ
النَّبِيُّ بِحَائِطٍ مِنْ حِيْطَانِ الْمَدِيْنَةِ فَسَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ
يُعَذَّبَانِ فِيْ قُبُوْرِهِمَا فَقَالَ النَّبِيُّ : يُعَذَّبَانِ، وَمَا
يُعَذَّبَانِ فِيْ كَبِيْرٍ -ثُمَّ قَالَ- بَلَى [وَفِيْ رِوَايَةٍ: وَإِنَّهُ
لَكَبِيْرٌ] كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ، وَكَانَ اْلآخَرُ
يَمْشِي بِالنَّمِيْمَةِ.
Artinya:
“(Suatu hari) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melewati sebuah kebun di
antara kebun-kebun di Madinah. Tiba-tiba beliau mendengar dua orang sedang
disiksa di dalam kuburnya, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda,
“Keduanya disiksa, padahal tidak karena masalah yang besar (dalam anggapan
keduanya) -lalu bersabda- benar (dalam sebuah riwayat disebutkan, “Padahal
sesungguhnya ia adalah persoalan besar.”). Salah seorang di antaranya tidak
meletakkan sesuatu untuk melindungi diri dari percikan kencingnya dan seorang
lagi (karena) suka mengadu domba.”( Hadits riwayat Al-Bukhari, lihat Fathul Bari,
1/317.)
Di antara bentuk namimah yang paling buruk adalah hasutan
yang dilakukan seorang lelaki tentang istrinya atau sebaliknya, dengan maksud
untuk merusak hubungan suami istri tersebut. Demikian juga adu domba yang
dilakukan sebagian karyawan kepada teman karyawannya yang lain. Misalnya dengan
mengadukan ucapan-ucapan kawan tersebut kepada direktur atau atasan dengan
tujuan untuk memfitnah dan merugikan karyawan tersebut. Semua hal ini hukumnya
haram.
b. Contoh perilaku naminah
Berikut ini
adalah contoh perilaku namimah :
1. Mempunyai maksud yang tidak baik
terhadap orang lain yang sedang diadu
- Suka menjadi provokator
- Suka membicarakan orang lain dan menfitnah
- Menjadi orang munafik atau bermuka dua
- Menfitnah orang lain dan berbohong kepada orang lain agar terjadi permusuhan di antara keduanya
c.
Bahaya periaku namimah
Namimah atau
mengadu domba mempunyai bahayanya, diantaranya sebagai berikut :
- Dapat menyebabkan permusuhan dan kebencian
- Dapat memutuskan tali persaudaraan
- Jika yang di adu domba adalah suatu kelompok tertentu, maka dapat menyebabkan suatu pertempuran/perkelahian/tawuran antar kelompok yang dapat menyebabkan kerugian baik kehilangan nyawa atau sarana dan prasarana publik yang rusak akibat terjadinya kerusakan
- Mendapatkan dosa apabila disertai dengan fitnah dan kebohongan.
- Ditinggalkan teman apabila kedua belah pihak yang di adu domba sudah mengetahui bahwa mereka telah di adu domba
d. Cara menghindari perilaku namimah
- Menyadari bahwa perilaku namimah merupakan suatu perbuatan dosa yang harus kita jauhi.
- Menyadari bahwa perilaku namimah memiliki bahaya yang sangat serius
- Menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan berbuat namimah
- Bersilaturahmi dengan baik
- Selalu berusaha untuk menjaga diri dari perbuatan dari fitnah dan dusta
- Meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah swt
Daftar Pustaka :
Ø
https://almanhaj.or.id/3673-tergesa-gesa-penyakit-manusia.html
Ø
https://www.google.com/search?q=gambar+untuk+hadits+Tergesa-Gesa,+Penyakit+Manusia&client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-US:official&channel=sb&biw=1195&bih=645&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiK3ZXptYPNAhUFLo8KHRIECtIQ_AUIBigB
Ø
https://muslim.or.id/19194-akhlak-tercela-tergesa-gesa.html
Ø
https://www.google.com/search?q=gambar+untuk+hadits+Tergesa-Gesa,+Penyakit+Manusia&client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-US:official&channel=sb&biw=1195&bih=645&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiK3ZXptYPNAhUFLo8KHRIECtIQ_AUIBigB#channel=sb&tbm=isch&q=gambar+Mengadu+Domba
Ø
http://www.kitapunya.net/2015/08/pengertian-dan-contoh-namimah-mengadu-domba.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar